Suatu ketika, saya menyaksikan seorang
sopir angkot berhenti karena ada seorang Ibu-ibu paruh baya bersama 2 orang
anaknya menghentikan angkot itu. Ibu tersebut tak langsung naik. Tapi pergi
mendekati pintu sopir dan bertanya apakah aku bisa naik tapi aku tak punya
uang?
Sopir itu tersenyum dan berkata: “Boleh naik
saja”. Dia
hanyalah seorang sopir. Ia bukan pemilik mobil, tapi kepedulian dan jiwa
menolong begitu tulus tersembul dalam dirinya.
Coba bayangkan, apakah jika sekiranya
pemilik tahu akan kelakuan sopir itu akan mensupport? Tidak justru marah kepada
Sang sopir?
Sering kepedulian itu tak selamanya ada
pada masyarakat atas. Tapi justeru ada pada mereka yang lemah. Perhatikanlah
jejeran penerima penghargaan kalpataru dan penghargaan lingkungan lainnya.
Mereka tidak datang dari orang yang hebat. Tapi justru hadir dari orang yang
susah hidupnya tapi peduli akan kehidupan orang lain.
Banyak orang melantik dirinya sebagai
seorang yang rendah hati, suka menolong, bahkan manusia serba benar dan orang
lain salah. Tapi sesungguhnya tak pernah melakukan. Bahkan dia sering menutup
got di depan rumahnya yang menyebabkan banjir.
Dalam kehidupan ini, kita akan selalu
mengalami apa yang disebut, keluarga, hubungan organisasi, group atau tim,
bisnis, atasan bawahan, dibantu dan menolong. Bila hubungan ini dihilangkan
maka sekelas apapun seseorang, bisnis paling sukses, kepemimpinan paling
berpengaruh atau pemerintahan yang paling berkuasa sekali pun akan hancur dan
tak berarti. Sebaliknya bila dikembangkan dan didongkrak maka ini sangat
berpotensi untuk menciptakan sukses yang besar bagi manusia.
Rendah hati, atau pun sifat menolong bukanlah milik mutlak
satu agama. Tapi ia adalah sifat manusia yang diharapkan ada pada setiap
individu, hubungan dan kedudukan, dapat dikapitalisasi, maka dunia tak akan
setimpang ini.
Saya pernah mengajukan konsep teoritis
kepada promotor saya tentang zakat dalam suatu korporasi atau lembaga
pemerintah. Saya pun diminta mempresentasikan. Apa komentarnya?
Sang Promotor berpesan: “Sekelas
apapun teorimu tapi kalau kamu tidak melaksanakannya, tidak akan pernah
dirasakan umat manusia. Teorimu itu akan menjadi penghias perpustakaan belaka”.
Dalam hidup kita tidak dituntut banyak.
Sedikit pun kalau kita telah melakukannya akan sangat berarti untuk kelanjutan
hidup. Jangan hanya dikatakan, tapi lakukan apa yang bisa dilakukan untuk orang
lain. Maka waktu adalah ladang untuk menciptakan kepercayaan dan kebaikan.
Lakukanlah, agar anda mendapatkannya. (sdk)
Kritik dan saran
sdk.suhardi@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar