Mamuju Foto : M.Nur OKT
Banyak orang
tergoda untuk menjadi pihak yang benar. Tapi sikap berani dalam mengubah konsep
mapan mengenai ruang dan waktu , energy dan massa, adalah Einstein dgn segala
perasaan, ketakutan dan harapannya, mencari hukum-hukum universal, ia mencari
apa yang benar bukan siapa yang harus benar.
Nabi Ibrahim melakukan
pembangkangan terhadap kaumnya yang menyembah berhala, lata dan ussa dll,
Bukan berarti iya
harus benar, atau keharusan iya yang benar
Akan tetapi
standar kebenaran tetaplah apa yang benar bukan siapa yang benar.
Lembaga-lembaga
survey tentang pendapat dan polling politik sering membawa kita kepada suatu
kepastian akan sebuah kecenderungan dan banyak terbukti, tapi tdk berarti
takdir sebuah Negara ditentukan oleh lembaga survey. Kebenaran tdk pernah
berpihak tapi dia obyektif dalam setiap kalausul.
Bulan ramadhan
bila kita berpuasa akan menjernikan pikiran, qalbu dan harapan akan setiap
kebaikan, bulan ramadhan akan selalu mengantar kita pada sisi obyektifitas
Yaitu standar
kebenaran “kebenaran tetaplah apa yang
benar bukan siapa yang benar”
Tulisan ini saya
ingin mengajak kita semua untuk tidak
Terlalu memaksakan
diri selalu pada pihak yang benar. Karena orang secara budaya dikondisikan
untuk benar, orang tua selalu benar, guru selalu benar, bos selalu benar, siapa
yang benar menentukan apa yang benar, suami istri bertengkar karena berebut
menjadi pihak yang benar.
Jika anda harus
benar, anda menempatkan diri sendiri dlm sebuah benteng tertututp. Tapi kalau
anda merasakan hebatnya tdk harus benar, anda akan merasa plong, melayang dan
banyak teman untuk diskusi....!!!!!
Yakinilah hanya
Allah Taalah yang mutlak kebenarannya.
Kantor Bupati Mamuju
30 juni 2014
SDK.
Kritik dan saran
ke :
Facebook suhardi
duka
Email
:duka_suhardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar