Social Icons

Rabu, 12 November 2014

MARAH DAN SENSASINYA YANG ALAMI

 OLEH : DR.H.SUHARDI DUKA, MM


Foto : Muh. Nur OKT
Sesungguhnya marah itu sampai saat ini belum dilarang, bisa saja kita marah karena marah adalah reaksi psikologis terhadap suatu lingkungan dan keadaan yang tidak di kehendaki oleh seseorang.


Kalau semua orang  taat pada aturan buat apa kita marah, kalau patuh maka tidak akan ada hak yang terlanggar, akan berjalan mekanisme yang normal dalam kehidupan bermasyarakat.  Demikian hal nya dengan pemerintah kalau semua pegawai taat, disiplin, dan terpola tingkah laku teladan dari atas kebawah maka akan dapat dihindari marah, rasa dongkol dan kekecewaan.



Hari senin tanggal 18 minggu lalu saya irup pada apel dikantor, niatnya saya ingin marah dan meledak ledak di upacara itu, sebagaimana trend kepemimpinan saat ini, Kepala daerah marah kemudian di blowup media dan di unggah di youtube, terhadap beberapa laporan pungli di SKPD dan di media social. Di upacara bendera itu betul saya marah, bahkan menunjuk 3 skpd yang mendapat laporan itu, dan tindak lanjut dengan rapat terbatas 3 skpd dan inpektorat di ruang kerja saya agar terjadi pembinaan  dan tindakan.



Apa sih sebenarnya “marah”…………………

Amarah adalah suatu bentuk emosi seseorang,  emosi sendiri memiliki kekuatan bisa menghancurkan dan atau membangun kehidupan seseorang. Ketika emosi terlepas tidak dapat dikendalikan maka ini bisa menghancurkan kehidupan seseorang dan orang di sekelilingnya, ini sangat berbahaya, tapi marah juga dalam kehidupan tidak bisa ditinggal begitu saja dalam suatu suasana ia sangat diperlukan.          Marah  seperti ini adalah marah dengan batas batas dan pengendalain yang tinggi, diperlukan untuk memperbaiki sistim, atau orang agar kembali pada kesadarannya untuk kepentingan organisasi.



Pengalaman saya marah, banyak staf dan teman menjadi baik, akibat  marah malah dia jadi berprestasi, tidak mengulangi kesalahan yang pernah dia lakukan, akibat saya marahi dia juga menjadi sangat hormat dan menjaga hubungan dan amanah yang diberikan, ada juga akibat saya marahi malah dia pindah dari pemkab Mamuju. ( semoga di tempat lain tidak dpt marah lagi )



Gaya marahpun bermacam macam, ada marah kolegtif, ada marah parsial.

Marah kolektif adalah  reaksi dari terlanggarnya sistim, dan tidak tercapainya target dari suatu tujuan jangka pendek. Biasanya marah seperti ini dilakukan pimpinan tidak menunjuk orang  tapi secara kolektif marah dan kecewa kepada semua staf dalam lembaga.

Marah parsial, adalah marah yang ditujukan kepada orang perorang, akibat kesalahan yang di buat, biasanya dalam suatu tempat tertentu yang secara person antara yang marah dan yang di marahi.


Dalam perjalanan hidup saya kedua cara marah diatas asli saya alamai, saya pernah dimarahi secara kolektif dan sayapun pernah di marahi secara parsial.

Demikian halnya saya pernah memarahi secara kolektif dan sayapun pernah memarahi secara personal.


Bagaimana perasaan seseorang setelah dimarahi, pada umumnya dirasakan  dua hal, pertama donggkol, merasakan sial kena marah pagi pagi kemudian menyalahkan orang lain tampa melakukan koreksi terhadap dirinya, tidak berpikir sebab akibat justru merasakan ketidak adilan dari yang me marahi. Kedua, sedih dan tenang setelah di marahi merenung sebab dia mendapat marah kemudian berusaha menemukan titik titik perbaikan, menyadari kesalahan dan berjanji dalam hati untuk tidak melakukan dan mengecewakan lagi.  Cara seperti ini banyak mengubah hidup seseorang setelah di marahi, ia berangkat dari titik nol kemudian menatap masa depan dengan penuh optimisme, dan pada ahirnya keadaan berbalik dialah yang berhak marah tampa harus dimarahi siapapun.



Dalam suatu penelitian, Goldonn Galllup, professor psykologi dari university at Albany dan State University of New York juga mendukung pernyataan bahwa,  70,1 % laki2 bercinta setelah salin marah, dan 58 % wanita mengakui hal yang sama. Bercinta setelah pertengkaran di akui memiliki sensasi tersendiri, ada sesuatu yang tidak biasa bila dilakukan setelah pertengkaran. Bagi yang tidak pernah merasakan munkin akan berpikir lain, yah  enak saja setelah berantem mau mengajak bercinta laki laki egois dan lain lain.  Tapi yang pernah merasakan pasti mengalami sensasinya, walau hal ini tidak bisa di ciptakan dia alami. ( jd jangan mencoba bertengkar dulu baru mau)



Pimpinan yang marah, ?,,,,,,,,,

Marah karena sakit, tekanan darah naik  anak buah jadi uring uringan korban marah marah akibat pengaruh tekanan darah.

Marah  karena dimarahi, Sopir dan staf jadi korban, pagi sudah kena marah akibat diapun baru saja dapat marah dari istri akibat pulang larut malam.

Marah karena teguran, Atasan baru saja menegur akibat adanya kesalahan ataupun berita penyimpangan di media, diapun rantaikan kemarahan atasan ke anak buahnya agar tercipta keseimbangan psikologisnya.

Marah juga akibat kekecewaan atas hasil kerja yang tidak mencapai target.



Setiap organisasi harus memiliki target kerja, termasuk pemerintah, APBD memiliki target tahunan, minimal angka pertumbuhan ekonomi,  penurunan angka kemiskinan, Pengangguran , IPM, dan target kerja lainnya seperti hasil audit WTP atau WDP. Apabila kepala daerah tidak memiliki target kerja dan tidak mengevaluasi hasil kerjanya, maka tidak perlu marah, dan kalau dia marah itu marah karena sakit.


Semoga kita marah, karena alasan yang jelas dan kalau tidak punya alasan sebaiknya jangan marah bos.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar