Social Icons

Sabtu, 08 November 2014

TENTANG KREDIBILITAS



 OLEH :DR. H. SUHARDI DUKA, MM



Bila anda seorang saksi ahli di hadapan pengadilan, maka sebelum bersaksi, terlebih dahulu harus mampu meyakinkan hakim bahwa anda memiliki kredibilitas. Artinya anda memiliki reputasi jujur, konsisten, independen, tidak berbohong dan tidak memiliki motif apapun dalam kesaksian.

Anda juga layak dan benar-benar mempunyai keahlian, pengetahuan dan ketrampilan dalam ihwal kesaksian. Pertanyaan kuncinya adalah apakah bisa dan seberapa layak dipercaya?

Untuk hal tersebut sesungguhnya kredibilitas itu dapat dibangun oleh setiap orang, karena sangat berhubungan dengan karakter dan kompetensi.

Dimensi kepercayaan dan kejujuran adalah karakter. Sementara dimensi kelayakan adalah kompetensi seseorang. Dengan demikian, untuk memiliki kredibilitas, jaga konsistensi dan kejujuran dalam setiap perilaku.

Sedangkan kompetensi bisa diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Untuk menjadi konsisten maka jangan cepat berubah-ubah dalam bersikap. Untuk jujur misalnya, maka jangan sering bohong. Saya kira itu tidak sulit.
Demikian juga untuk mendapatkan kompetensi maka belajarlah dalam bidang yang anda inginkan dan belajarlah dari pengalaman hidup anda.

Mempercayai sama dengan meyakini. Lawan dari ketidakpercayaan adalah kecurigaan. Ketika kita percaya maka kita yakin akan kemampuan dan integritas yang dimiliki seseorang.

Karena itu, percayailah orang dan teman kerja anda, maka dia juga akan mempercayai dan jujur kepada anda. Perlakukan dia dengan hormat maka dia akan menunjukkan kehormatan dan kompetensi dirinya.

Pada medan politik sekali pun. Lalu mengapa Partai Politik menjadi kehilangan kepercayaan di mata publik? Mengapa kabinet Jokowi/ JK pun dipersepsikan bakal kehilangan kepercayaan bila diisi orang-orang dari kalangan partai politik? Termasuk mengapa terjadi penolakan pilkada tidak langsung?

Jawabannya, kerena telah banyak pimpinan dan kader partai politik yang selama ini inkonsisten dan tidak menjaga apa yang telah dijanjikan kepada publik.

Karena itu, ke depan pekerjaan berat bagi pilar demokrasi (parpol) adalah bagaimana kembali membangun kepercayaan publik. Sebab apapun alasannya dalam sistim demokrasi partai politik adalah pilar utama.

Sebagaimana halnya, kita percaya bahwa tidak semua pimpinan dan kader partai politik itu bobrok, tidak konsisten. Ketahuilah, masih banyak orang-orang negarawan dan bijak berada di sana. Meski di saat bersamaan kita pun menyayangkan betapa 'harga' demokrasi kita sangatlah mahal di tengah obsesi khalayak menanti kehadiran manusia-manusia berjiwa kredibel. (SDK)


17 sept. 2014

S D K

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Baca juga artikel terkait "Mamuju dalam konsep Kota Hijau Energy Hijau "

HIJRAH DAN OPTIMISME INDONESIA BARU




OLEH : DR.H.SUHARDI DUKA, MM 






Mari mengenang saat-saat yang amat bersejarah dalam peristiwa hijrah nabi Muhammad saw. Waktu itu, beliau ditemani oleh sahabat setianya, Abu Bakar al-Shiddiq.


Telah banyak dikemukakan dalam al Quran dengan dramatis. Itu juga yang ditulis sejumlah sejarawan yang mengulas Sirah Nabawiyah (biografi nabi) sejak generasi pertama. Seperti dalam Sirah Ibnu Isyaq, Sirah Ibnu Hisyam, Tarikh al-Umam wa Al-Muluk At-Thabari.

Secara eksplisit, Fazlur Rahman menyebut Hijrah sebagai marsk of the beginning of Islamic community (1984). Demikian pula dengan ulama sekaliber At-Thabathabai dalam kitab al-Mizan yang menyebut itu sebagai pintu terbukanya hijab kegelapan.

Jika ditarik benang filosofisnya, maka Hijrah merupakan lambang garis demarkasi antara gelap dan terang, hitam dan putih. Madinah dalam waktu yang singkat, 2 periode kepresidenan alias 10 tahun mampu ditata dengan apik oleh Nabi saw sebagai sebuah Republik yang sangat terhormat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di sekitar Arab dan Benua Eropa. Dan yang paling menarik saat itu adalah dimulainya babak baru kehidupan pluralisme yang saling menghormati perbedaan prinsip. Saat itu, keberagamaan ekstrinsik menampakkan keragaman perbedaan. Di saat yang sama, keberagamaan intrinsik ditampakkan sebagai tafsir pesan agama lewat sikap dan perilaku.

Saat itu, baik Islam, Nasrani, Yahudi, maupun Majusi saling mufakat untuk menjunjung tinggi piagam Madinah. Jelas itu merupakan bukti otentik kesuksesan Nabi selaku pemimpin dalam mengayomi semua pihak, dengan ragam latar serta kepentingan.

Lalu, bagaimana dengan kita, apakah Hijrah cukup menjadi kenangan masa lalu? Atau cukup menjadi alat pemenuhan hasrat kognitif; sebatas hafalan bagi mahasiswa S1?

Tentu tidak! Kita butuh spirit dan etik dari momentum hijraturrasul untuk menjadi motivasi pergerakan aktual kita, kini dan nanti.

Ada gen bawaan hijrah yang perlu menjadi injeksi wajib bagi kita semua. Yaitu sifat-sifat Shiddiq (kejujuran), Amanah (memegang komitmen), Tabligh (prinsip-prinsip transparansi), Fathanah (bekerja dengan positif thinking).

***

Tujuh hari yang lalu Presiden dan wakil Presiden baru Indonesia dilantik. Bapak Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Lalu pada tanggal 25/10 atau 5 hari sesudahnya kita masuki tahun baru hijriyah 1436 H. Jelas ini merupakan momentum yang cukup beralasan untuk kita agar lebih optimis akan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Kalau kita melihat berbagai survey sebelum pemilihan Presiden, alasan rakyat memilih pemimpin titik beratnya pada: kejujuran, kesederhanaan, komitmen,dan ketulusan.

Saya rasa inilah yang melekat pada diri Jokowi dan JK. Artinya injeksi sifat-sifat yang dibawa Nabi dalam memimpin Madinah juga ada pada kedua pemimpin kita saat ini. Dengan alasan itulah kita wajar untuk optimis. Indonesia akan lebih baik miminal dalam 5 tahun ke depan.

Bukti harapan itu kita lihat pada saat pelantikan begitu banyak rakyat menyambut Jalan Soedirman di Jakarta tumpah ruah. Dengan menggunakan kereta, kedua pemimpin diarak menuju Istana Negara. Kemudian di monas, lautan manusia kembali padat merayap, menggantung asa akan Indonesia yang lebih baik.

Bukan hanya itu kita pun di daerah mengukir asa, akan keberpihakan dan keseimbangan pembangunan antara pusat dan daerah. Kita termasuk beruntung, sebab salah satunya berasal dari Sulawesi yaitu JK.

Bagimana perjalanan JK 2004-2009 saat jadi wapres, tentu kita rasakan begitu banyak program pembangunan yang jatuh di wilayah Indonesia timur dan Sulawesi khususnya. Pun pada periode 2014-2019 ini akan menjadi harapan baru bagi daerah karena visi yang dibangun yaitu dimulai dari desa. Apalagi Gubernur kita Pak Anwar Adnan Saleh, telah sukses memimpin tim Jokowi/ JK di Sulbar Pada pilpres yang lalu dengan suara tertinggi di seluruh Indonesia. Tentu ini akan menjadi harapan tersendiri bagi Rakyat Sulbar karena saya yakin dengan kedekatan itu, hampir apapun diminta oleh sulbar akan dipenuhi oleh kedua Pemimpin itu.

Semoga saja dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tidak justeru sebaliknya, menambah deretan pejabat dan pengusaha terjerat korupsi.

Salamaq Bappa Tau Iyanasang. Salamaq Lino Aheraq. (sdk)
GIA makassar - jakarta
Kritik dan saran: sdk.suhardi@gmail.com