Siput dalam menempuh 400 meter butuh
waktu 37 jam. F1 hanya membutuhkan waktu 9 detik. Sudah bukan waktunya
membicarakan visi, tapi seberapa cepat kita mencapainya. Tetaplah menjadi orang
cerdas dan baik, karena orang baik itu tidak dipandang apa statusnya. Tapi
pemikiran dan tindakannya.
Gaya kepemimpinan yang meledak-ledak
memarahi staf dalam rapat, marah di lapangan dengan suara keras serta memukul
meja dan menunjuk-nunjuk muka staf di tempat sidak dan di blow up oleh media
diunggah di youtube. Seakan jadi model kepempinan pejabat publik saat ini.
Dilain sisi, Walikota Solo dengan
mobil Esemka dan Gubernur DKI dengan blusukan dan turun lansung di got hanya
mengenakan kemeja putih yang digulung, begitu mendapat simpati public yang
sangat tinggi dan tak terbendung oleh koalisi merah putih untuk mengantarkannya
jadi Presiden RI ke7. Jokowi dan JK.
Pasangan Jokowi dan JK adalah
pasangan yang saling melengkapi dan unik. JK sebagai saudagar Bugis yang sukses
dan pengalaman yang segudang. Memberi warna kepemimpinan Indonesia dengan
tagline “lebih cepat lebih baik”.
Muhammad Yusuf Kalla, adalah manusia
praktis, lurus dan cepat mengambil keputusan. Adalah sesuatu yang tidak
dimiliki oleh banyak orang.
Setiap pemimpin, baik nasional dan
lokal, saat ini diuji dengan rujukan seperti di atas. Gaya yang serba formal,
penuh pertimbangan dan bertele-tele telah menjadi bagian masa lalu. Publik
menghendaki praktis, tidak formal dan turun lansung. Marah di depan umum tidak lagi
menjadi tabu. Justru model seperti itu mendapat simpati di ruang publik.
Khalid Gibrani Pernah menulis,
“kalau kautemukan seorang budak tertidur dan bermimpi tentang kebebasan,
biarkan dia tetap dalam tidurnya”. Orang kedua mengatakan sebaliknya, “bangunkan
dia agar dia tahu kenyataan hidup yang dihadapinya”.
Ada banyak golongan yang bagaikan
siput berjalan sangat lamban untuk menuju kesejahteraan dan bahkan hamper putus
asa untuk mencapai tujuannya. Tapi ada pula golongan begitu cepat menyesuaikan
dengan perubahan dan menangkap setiap peluang dari pedati ekonomi global saat
ini.
Munculnya kelas ekonomi menengah
baru dan masuknya Indonesia menjadi anggota G20 dan semakin kuatnya pengaruh
Indonesia di kawasan memberi bukti bahwa Indonesia semakin baik.
Persoalan kita adalah jurang antara
kelas menengah ke atas dengan kelas bawah terlalulebar. Tidak adil
distribusi sumber daya alam dan ekonomi antar warga.
Diperlukan kepemimpinan yang lebih
berpihak dan lebih cepat dalam mengambil keputusan. Saat ini kita harus bangun
dari tidur untuk bias menangkap peluang siapa yang cepat itu yang lebih baik.
Pernah saya bertanya kepada warga
saya, “saat pemilihan Kepala Desa kenapa kau memilih dia ? Jawabnya,” saya
pilih dia karena dia lemah, agar nanti Kepala Desa tidak seenaknya memerintah
dan suruh membayar pajak macammacam………
Jawaban yang saya dapat ini tidak
membuat saya optimis akan kuatnya kepemimpinan di Desa. Rakyat rela memilih
yang lemah agar tidak memberatkan dalam kepemimpinannya.
Jokowi tidak lemah, hanya rakyat
melihatnya lemah lembut. Mungkin disinilah letak kekuatan, sehingga terpilih
bersama dengan Jusuf Kalla. Kelembutan itulah juga agar rakyat tidak
diberatkan dengan berbagai tambahan Pajak dan menarik subsidi. Termasuk
memberatkan dengan kenaikan BBM.
Pandangan saya, semoga distribusi
sumber daya alam dan ekonomi semakin berpihak ke bawah. Dari kebijakan
presiden, baru kita. Agar tercipta keadilan ekonomi dalam masyarakat. Ambil
dari kalangan atas untuk kepentingan ekonomi kelas bawah. Demikian juga daerah
agar dapat disempitkan perbedaannya Daerah Kaya dan Daerah Miskin. Agar
pembiayaan daerah lebih adil.
Masyarakat lokal banyak berharap
terhadap APBD di daerah. Dana daerah memang mencukupi dan bahkan lebih karena
APBDnya triliunan rupiah. Tapi ada juga daerah yang APBDnya hanya cukup untuk
menggaji PNS. Daerah seperti ini tidak banyak yang bias dilakukan.
Seperti halnya 6 kabupaten di
Sulbar, jumlah APBDnya tergolong kelas kecil. Potensi sumber daya alam kita
belum member kontribusi terhadap pendapatan. Karena itu diperlukan kepemimpinan
yang lebih kuat dan komitmen. Lerelerekan adalah wilayah yang telah
produktif. Sayangnya tidak diketahui sejauhmana perjuangan untuk mendapatkan
provite share.
Kepemimpinan yang lebih friendly dan
lebih bergaul dengan semua kalangan, serta memiliki komitmen yang kuat tidak
cepat berubah-ubah. Sangat dibutuhkan hadir di tengah kita. Saya meyakini
bahwa era baru kepemimpinan Indonesia akan membawa perubahan serta akan
berpengaruh dengan gaya kepemimpinan lokal pada akhirnya. Era protokoler dan
pengamanan yang ketat bagi gaya kepemimpinan akan ditinggalkan di masa datang.
Dr.suhardi
duka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar