Social Icons

Senin, 10 November 2014

KEPUASAN PELANGGAN DAN DAYA SAING BIROKRASI

OLEH : DR,H,SUHARDI DUKA, MM





Upaya untuk memuaskan pelanggan tak sekedar memberikan pelayanan terbaik. Melainkan bagaimana menciptakan interaksi kepuasan, sehingga terjadi hubungan berjangka panjang (loyalis). Di perusahaan atau produsen, selalu berusaha untuk memahami kondisi konsumen baik kecenderungan terhadap kualitas produk maupun kemampuan daya beli konsumen.

Paradigma kepuasan pelanggan (customer satisfaction (CS) tak sesederhana dulu. Dalam pemahaman bisnis sekarang konsep, CS bukan sekedar menawarkan promosi, memangkas harga, atau menjadikan pelanggan raja. Tapi bagaimana juga CS berdampak positif dan menguntungkan perusahaan.

Menurut Istijanto (Pengajar Prasetya Mulya Business School), dalam situasi kompetisi yang semakin ketat tidak mudah membuat pelanggan loyal. Pelanggan yang puas belum tentu loyal. Sebab semakin banyak pemain pelanggan semakin mudah berpindah ke posisi pesaing. Untuk itu perlu membuat kepuasan pelanggan pada tingkat 'sangat puas. Bukan sekadar puas.

Saat ini, untuk bisa berhubungan dengan customer semakin terbuka lebar. Misalnya, melalui surat elektronik, hotline call center, jejaring social seperti FB, Twitter, maupun media lainnya. Dengan percepatan interaksi melalui media modern saat ini, maka antara produsen dan konsumen semakin tidak ada jarak dan bisa saling mengoreksi.

Pandangan di atas sesungguhnya dalam implementasi bukan hanya berjalan di Perusahaan. Telah banyak pemerintah daerah saat ini mengimplementasi cara-cara yang berlaku di perusahaan. Karena pada dasarnya pemerintah/ birokrasi adalah pemberi layanan publik. Karena untuk memberi layanan publik maka harus diukur sejauhmana publik merasa terlayani atau puas dengan layanan dan kemudahan yang diberikan masyarakat sebagai kostumer.

Kantor perizinan satu atap  (sistap) sebagai contoh, di sana dilakukan penyederhanaan, mempermudah dan kepastian layanan baik dari sisi biaya, waktu atau persyaratan dari satu produk layanan yang diberikan pemerintah.

Jadi sesungguhnya, birokrasi tidak boleh tidak, harus melakukan perubahan paradigma dalam tubuhnya. Dalam pandangan saya reformasi birokrasi yang berjalan saat ini belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan. Pihak perusahaan jauh lebih cepat melakukan inovasi layanan dibanding dengan birokrasi saat ini. Akibatnya pihak dunia usaha merasakan adanya kelambatan dalam proses layanan oleh di birokrasi.

Birokrasi harus lebih kreatif dan inovatif untuk merancang sebuah sistem layanan yang bisa menjaga kepuasan kostumer/ rakyat, menyadari bahwa kehadiran layanan publik adalah sebuah kebutuhan masyarakat. Baik itu kesehatan, pendidikan, perizinan dan penyediaan infrastruktur dasar bagi masyarakat.

Birokrasi apalagi kepala Daerah tidak akan merasa sia-sia bila rakyat merasakan kehadiran pemerintah di tengah-tengah kehidupan dan harapan masa depannya, akibat pelayan dan hubungan baik yang terjalin dan terjaga selama ini. Dampaknya customer akan loyal kepada pemberi layanan, sebagaimana halnya pelanggan akan setia kepada produk. Rakyat juga akan loyal kepada kepala daerah atau birokrasi yang selama ini memberi layanan kepada publik.

Akhirnya, pada pemilu berikutnya tidak menjadi sulit bagi kepala daerah karena masyarakat merasakan kehadiran dan kesejahteraan. (Sdk)

GA batam - jakarta 23 okt
Kritik dan saran:
sdk.suhardi@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar