Idealnya, antara sarana olah raga dan sarana kesehatan keduanya haruslah saling menunjang. Sebab bila sarana olah raga baik, maka masyarakat dapat berolahraga dan menjaga kesehatannya. Sebaliknya, jika masyarakat tidak berolahraga maka ada banyak ragam penyakit datang bermunculan silih berganti.
Membangun stadion sejak dahulu menjadi impian masyarakat Mamuju. Namun setiap saat selalu mengalami kendala. Utamanya lokasi dan tanah pembangunan stadion tersebut.
Di Tahun 2007 saya lakukan pendekatan yang intensif. Akhirnya persoalan tanah dapat terselesaikan dengan baik. Hingga di tahun berikutnya kita mulai pembangunan stadion tesebut. Dan kini, jadilah stadion Manakarra menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Mamuju.
Demikian halnya dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Sebelumnya tampak kumuh dan tidak lebih menyerupai puskesmas. Kini, keberadaan RSUD telah berdiri megah 2 lantai. Di dalamnya tersedia memilliki 120 kamar tidur. Soal anggaranya, 90 persen bersumber dari dana tugas pembantuan dari Kementerian Kesehatan.
Saat saya masuk jadi bupati, Dokter ahli yang bertugas di rumah sakit Umum hanya satu orang. Yaitu Dokter ahli Penyakit Dalam. Dari sisi pelayanan sangat mengecewakan masyarakat. Bahkan cenderung ditolak akibat pelayanannya yang tak memuaskan.
Dengan kewenangan sebagai Bupati, saya memanggil Dokter yang bersangkutan untuk mencari rumah sakit yang lain saja. Saat itulah rumah Sakit Umum Mamuju tidak punya dokter ahli. Ini pulalah yang menjadi embrio pemikiran untuk bergerak memintal kembali jejaring kampus di Universitas Hasanuddin Makassar. Saya pun kemudian menemui sejumlah petinggi di fakultas kedokteran UNHAS untuk meminta dokter ahli agar ditugaskan di Mamuju.
Dari beberapa dokter yang saya temui, mereka menyarankan agar pengusaha didorong untuk berinvestasi membangun rumah sakit swasta. Rumus maupun kalkulasinya sederhana, jika terdapat rumah sakit swasta, maka dokter ahli akan terdorong untuk bertugas di Mamuju.
Saat itu saya segera mendorong rekan-rekan pengusaha untuk membangun rumah sakit swasta. Tapi oleh pengusaha justeru menilai Mamuju belum layak untuk dibangun rumah sakit swasta. Karena saya butuh Dokter Ahli, akhirnya saya mulai mencoba membangun klinik swasta untuk memancing para dokter ahli berminat pindah tugas ke Mamuju. Itu jugalah yang menjadi cikal bakal yang mendorong berdirinya Rumah Sakit Mitra Manakarra.
Wal Hasil, saat ini rumah sakit Umum Mamuju telah memilliki dokter ahli 10 orang dengan 8 keahlian. Operasi berskala besar juga telah dapat dilakukan di Mamuju. Artinya tidak mesti lagi dirujuk ke maksssar. Maka sejak tahun 2006 Rumah Sakit Umum Mamuju, telah digratiskan pembiayaannya bagi warga miskin dan tidak mampu.
Selanjutnya, di tahun 2014 diberlakukan program BPJS bagi masyarakat Mamuju yang miskin. Sekaligus mendapat subsidi dari pemkab Mamuju. Bukan hanya itu saja, bagi yang tidak memilliki kartu BPJS, tapi tidak mampu, juga dilayani dan mendapat subsidi dari pemkab, melalui Dinas Sosial.
Lalu bagaimana dengan hari ini? Disadari, keluhan masyarakat dalam layanan masih ada. Tapi tidak seperti diawal. Sebab jumlahnya pun terus berkurang. Sementara untuk mencapai titik sempurna tentu tidak mungkin. Namanya juga rumah Sakit Pemerintah! (Sdk)
Kritik dan saran:
Email: sdk.suhardi@gmail.com