Social Icons

Selasa, 28 April 2015

NEGARA YANG BAHAGIA

OLEH : Dr. H. SUHARDI DUKA, MM

Foto Facebook

Jaringan solusi pembangunan berkelanjutan (SDSN) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah merilis peringkat negara paling bahagia di dunia.

Saat ini kita selalu mengukur kemajuan negara dengan standar ekonomi makro. Seperti pertumbuhan, PDRB, tingkat pengangguran, dan tingkat kemiskinan serta Indeks Pembangunan Manusia atau IPM. Namun saat ini, variabel tersebut lebih berkembang, dikarenakan ukuran kesejahteraan bukan hanya indikator ekonomi. Tapi justru ukuran sosial juga menjadi variabel yang tak kalah pentingnya.
Dalam Laporan tersebut, adalah Swiss alias negeri jam tangan menjadi negara yang menempati peringkat pertama sebagai negara paling bahagia di dunia.

***
Kebahagiaan merupakan ukuran kemajuan yang lebih komprehensif. Karena selain indikator ekonomi dengan Tingkat pendapatan yang lebih dari cukup. Juga mengukur kemajuan sosial dan pemenuhan kebijakan publik.

Kebebasan sosial, dan rasa aman serta demokrasi masuk menjadi indikator dalam pemenuhan hak-hak sipil. Demikian halnya sejauh mana kemampuan Pemerintah dalam memberikan layanan publik yang adil dan cepat bagi rakyat akan mendorong rasa kepuasan publik sebagai warga negara yang mendapat layanan.

LAlu, apakah Indonesia telah menjadi salah satu negara yang bahagia di dunia?
Syukur, karena kita telah berada di peringkat 74. Artinya peringkat ini sudah lebih baik dari pada peringkat sepak bola dan korupsi. Tapi bila dibandingkan dengan Singapura, bangsa kita masih jauh. Karena Singapura berada pada peringkat ke-24, Uni Emirat Arab  berada di urutan ke-20 dan Qatar ke-28.

Negara yang rakyatnya bahagia, selain gambaran ekonomi yang mapan, juga sistem politik dan hukum berjalan seiring. Partai politik dan ormas berjalan mandiri. Tanpa intervensi Pemerintah, jauh dari bayang-bayang ketidakadilan. Apalagi pembekuan!

Negara demokrasi seperti Swiss, kebebasan persnya juga sangat terjaga dan terukur. Dalam pemberitaan, tak ada fitnah, melainkan fakta yang tak dapat disembunyikan.

Dengan PDRB per kapita masyarakat Swiss US$ 88.500, sikap masyarakatnya selalu menjaga kenetralannya dalam pergaulan dunia. Serta cenderung mengambil posisi Sang Juru Damai.
Untuk diketahui, Swiss Merdeka pada tanggal 1 Agustus 1291, dengan motto "unus pro umnibus, omnes pro uno" (Latin), satu untuk semua, semua untuk satu.

Untuk ukuran dunia, ukurannya Swiss hampir terpenuhi tapi bagaimana dengan kebahagiaan di akhirat?

Kalau Indonesia hanya menempati peringkat 74 kebahagiaan dunia, maka jangan pernah menyerah. Selain kita harus memperbaiki peringkat di atas, lebih penting untuk kebahagiaan akhirat kita harus menjadi negara nomor Wahid. Mengapa? karena kebahagiaan ahirat tidak sesulit ukuran dunia. Cukup perbaiki "Iman dan Taqwa", maka kita akan menjadi negara bahagia di akhirat.
Tapi kalau dunia kita sudah begini terus, di akhirat juga kita tak bahagia. Wa Naudzubillahi min dzalik. (sdk)..