Foto Facebook
Komunikasi adalah suatu proses intraksi
antara manusia melalui pesan yang disampaikan satu pihak dan direspon oleh
pihak lain. Dalam komunikasi akan terjadi kesamaan pandangan terhadap suatu
obyek bila komunikasi itu sukses, akan tetapi bila komunikasi gagal maka akan
terjadi kegagalan hubungan bahkan bisa terjadi penolakan dan pertikaian.
Sepertin halnya saya dengan humas, dan MC
di Lapangan merdeka saat sholat idul adha, terjadi kegagalan komunikasi, tidak
terjadi salin pengertian bahkan komunikasi tahap kedua terputus dari pesan
tahap pertama. Saya menyampaikan kepada Humas bahwa untuk Sholat idul adha saya tidak memberi sambutan, Tapi
justru setelah saya menyerahkan Piala, Mc mempersilahkan saya Sambutan.
Bagaiman Komunikasi yang sukses ?,, adalah
contoh Nabi Ibrahim AS. Kepada anaknya Nabi Ismail AS, saat Ibrahim menerima
perintah kurban dari Tuhannya.
Yah anakku, sesungguh aku melihat dalam
mimpi aku menyembelihmu bagaimana
pendapatmu ?,,,,,,
Apa jawaban Ismail, Jika sekiranya itu
perintah (Allah) maka lakukan
Lah Ayah, dan kamu akan melihat aku dalam
kesabaran.
Dialog ini Ibrahim mensejajarkan dirinya
dengan anaknya, dalam komunikasi di sebut empaty, dia tdk mengambil kedudukan ayah dengan anak, tapi justri Ismail menempatkan
dirinya setingkat dibawah ayahnya.
Dengan demikian komunikasi yang terjadi
sangat efektif dan dibarengi dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi diantara mereka. Akibat tingkat kepercayaan
komunikator yang tinggi maka nilai pesannya sangat efektif.
Bagaimana dengan komunikasi politik, Saat
ini dalam pengamatan saya banyak komunikasi yang gagal, dan juga di putar
balik.
Lolosnya undang-undang Pilkada menlalui
DPRD, pemilihan pimpinan DPR-RI dan MPR-RI adalah contoh konkrit.
Ego sebagai pemenang Pemilu dan pilpres
terus terbawa dalam komunikasi politik, tidak ada empaty yang muncul dari sikap
pemenang. Dilain sisi pihak yang kalah mampu menjaga prasaan yang
sama, akibatnya komunikasi yang terbangun diantra mereka menjadi sangat efektif
secara terus menerus, tidak tergerus oleh eforia kemenangan dan tawaran jabatan
pihak lain.
Kualisi
kecil melawan kualisi besar sesungguhnya tidak sulit bila komunikasi yang
dilakukan dengan cerdas dan terampil, tidak sebaliknya dipenuhi prasangka dan pelampiasan kesalahan. Komunikasi yang terbangun di elite dan akar
rumput sangat berbeda, pada akar rumput menyembunyikan fakta untuk pencitraan
bisa saja dilakukan dan public tidak menelusiri secara detail, tapi di elite
tentu sangat sulit karena sama berada di pentas permainan, menyembunyikan fakta sangat sulit.
Kualisi merah putih unggul dalam memimpin
parlemen, dpr-ri dan mpr-ri, adalah satu phenomena baru Indonesia, dimana
pemerintahan akan dijalankan oleh kualisi Indonesia hebat dengan Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.
Akan membawa harapan baru karena akan
terjadi cek and balances yang cukup kuat di parlemen, dengan demikian
Pemerintah akan terkontrol dengan baik oleh parlemen. Kuncinya adalah bagaimana terjadi hubungan
yang baik antara keduanya untuk kepentingan bangsa. Komunikasi yang diharapkan
tercipta adalah komunikasi yang horizontal bukan vertical. Jika Kualisi
Indonesia Hebat kembali menerapkan komunikasi vertikal maka akan sangat sulit
bagi pemrintahannya.
SAPOTA 8 Okt. 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar