Social Icons

Jumat, 23 Oktober 2015

KEPERCAYAAN DIRI, REALISTIS KENDALI AMBISI

 Oleh : DR. H. SUHARDI DUKA, MM

Oleh John Whitmore menukilkan kalimat bijak. Katanya, pengetahuan adalah kekuatan dari sudut pandang pemahaman diri sendiri. Ia pun menyatakan: "Apa yang membuat aku sadar memberdayakan diri ku, dan apa yang membuat aku tidak sadar mengendalikan aku".

Sesungguhnya, kepercayaan diri itu penting. Tapi harus selalu realistis dalam menilai setiap fakta. Kepercayaan diri akan selalu berhubungan dengan ambisi. Disebabkan kondisi psikologis ini sangat terkait dalam diri manusia.

Orang yang cerdas akan selalu mengukur kepercayaan dirinya dengan realitas keilmuan yang dapat dijadikan standar teoritis untuk menilai setiap keputusan.

Umpama Arema Malang yang hendak melawan Manchester United (MU). Klub sepakbola Arema Malang memang perlu percaya diri, tapi harus terukur dan tidak perlu ambisi untuk mengalahkan lawan sekaliber MU. Sebab jika berambisi untuk mengalahkannya maka kontrol permainan akan menjadi sulit terkendali. Akibatnya justru kesempatan bagi MU untuk mempecundangi lawan sampai 10 nol. Inilah bukti betapa diperlukan kesadaran terhadap siapa yang mengendalikan kondisi psikologis kita.

***

Banyak pemimpin dalam pengambilan keputusan tidak independen. Bahkan justru tidak dalam kendali kesadarannya. Akibatnya menjadi pribadi yang tidak jelas bahkan gampang dipengaruhi oleh kepentingan lain. Kita akan menemukan karakter kepemimpinan yang tidak konsisten, cepat berubah. Kata sepadan dari itu adalah pemimpin yang lain wujud pagi hari, lain pula di sore hari.

Coba perhatikan rumus teori kesadaran diri ala Bennis. Menurutnya, kesadaran diri sama dengan pengetahuan diri. Sama dengan kepemilikan diri, sama dengan kendali diri, dan sama dengan ekspresi diri.

Kesadaran diri akan menciptakan peluang mendapatkan pengetahuan diri (is'al). Dan saat itu akan memperbesar percaya diri dan keyakinan diri. Selanjutnya, kita mampu mengendalikan diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Maka di sinilah akan muncul independensi dalam pengambilan keputusan sebagai bentuk kesadaran emosional. Sekaligus jati diri kita yang strong sebagai seorang leadership.

Berani dengan kuat berbeda bila dipersonifikasi pada pemimpin. Berani bisa bermakna ambisius. Berani juga dapat mengabaikan norma literasi. Sebaliknya, strong adalah kharisma terhadap suatu keputusan yang dibuat. Apakah akan bertahan dengan berbagai goncangan dan ancaman, ataukah bakal berubah saat petang itu tiba. Pemimpin yang strong, bila telah mengambil keputusan maka menjadi harga diri dan akan kuat bertahan dengan keputusannya. Sehingga akan memperbesar ekspressi dirinya sebagai pemimpin.

Olehnya itu, kekuatan diri sangat penting bagi manager ataupun pemimpin, untuk bisa mewujudkan program, ataupun misinya. Lihat saja, banyak pemimpin justru meninggalkan visi misinya setelah terpilih. Karena ia adalah pribadi yang tidak realistis dan tidak mampu melakukan kendali diri.

Salah satu cirinya adalah menuding orang lain sebagai pihak yang salah. Sementara yang benar, hanya dirinya sendiri. Menjanjikan perubahan yang tidak mendasar, asal beda dan tidak menyadari secara realistis bahwa hal itu jauh dengan keinginan publik dan calon pemilih.

Terakhir, mengenal pemimpin bagi publik itu penting agar nantinya dapat menilai karakter dan ambisi seorang pemimpin, yang pada akhirnya akan menjadi dasar untuk memilih. (Sdk)

Kritik dan saran: sdk.suhardi@gmail.com