Social Icons

Minggu, 22 Februari 2015

LOYALITAS ITU DINAMIS

OLEH : DR. H. SUHARDI DUKA, MM

Sumber foto Facebook Yahuda Saleppang

Banyak orang salah anggapan bahwa suara yang diperoleh pada pemilu lalu (beserta akumulasi suara Partai) akan sama dengan pemilu sekarang. Ternyata faktanya meleset. Bahkan dia tak lolos melenggang ke parlemen. Partainya pun menjadi pemenang kesekian.

Demikian halnya konsumen pada produk tertentu. Akibat dahsyatnya gempuran arus informasi dan media sosial diduga menjadi salah satu musababnya. Selain itu gempuran pesaing juga semakin tumbuh dengan varian produk dan keunggulan yang semakin kompetitif.

Namun demikian, pertanyaannya apakah loyalitas itu masih ada ataukah sudah semakin kabur dan terkubur?

Sebelum menjawabnya, saya ingin bercerita. Suatu ketika seorang teman memesan handphone (HP). Kepadanya, saya beritahu bahwa saya akan membelikan HP merek X terbaru. Tak dinyana, apa katanya? "Tak usah merek itu, Pak. Tolong merek ini saja".

Merek dan type yang dipesan sebenarnya hampir tak ada lagi di pasar. Karena handphone pilihannya itu merupakan produk 7 tahun silam. Dan dalam rentang waktu yang cukup lama itu, dirinya telah mengganti handphone sebanyak 2 kali; tetap dengan merek dan tipe yang sama. Kemudian pesanan kali ini adalah pesanan yang ketiga.

Fakta ini menunjukkan bahwa kesetiaan pelanggan itu masih ada. Kenapa dia setia? Setidaknya, kesetiaan itu disebabkan oleh beberapa faktor. Ada kesetiaan individu, ada pula kesetiaan sosial.

Kasus pemilik handphone di atas merupakan bentuk kesetiaan individu. Karena adanya kepuasan terhadap fitur maupun model dan merek dari barang itu secara individu. Ditambah lagi dengan sikap tak mau repot untuk belajar lagi dengan fitur yang baru.

Tapi apakah ada kepuasan sosial? Saya kira tidak, bahkan pada waku tertentu dia akan malu meletakkan handphonenya di tengah handphone canggih dan keluaran baru yang dipakai oleh teman-temannya.

Pada prinsipnya di era saat ini banyak realitas sosial dan politik sering dibungkus dengan pencitraan, mendahulukan 'casing' sebagai tampilan luar. Lalu diblow-up media dan dicitragambarkan seperti Hero. Kalau tidak didesain seperti orang yang tersakiti, teraniaya, lugu, kemudian akhirnya mendapat simpati. Para ilmuwan menyebut fenmena ini dengan istilah hyper-realitas. 

Sayangnya, fenomena hyper-realitas itu selamanya mencerabut akar realitas yang sebenarnya. Dengan cara ini, kita tak lagi melihat lebih jauh tentang apa isi dan kandungan sesungguhnya. Utamanya saat menimbang aspek kualitas sumber daya manusia yang bersangkutan. Kebijakannya makin hari kian aneh setelah pada kenyataannya pasar menunjukkan sentimen kecewa dan menolak. Sebab harapan tak sesuai kenyataan. 

Sesungguhnya, jika merujuk pada konsep manajemen leader yang hebat itu, pertama, kita mengamati kemampuannya memilih orang yang akan duduk sebagai tim dalam sistem yang akan dibangun. Kalau cara memilih orang tepat, maka harapan akan suatu masa depan itu akan terbuka. Sebaliknya, jika cara memilih orang sudah bermasalah dan tidak cermat sesuai dengan profesi dan integritasnya, maka jangan berharap terlalu tinggi.

Kedua, Orang yang memiliki kemampuan terbatas dan rata rata, cenderung tidak loyal dan tidak setia. Watak yang mudah ditakar adalah dengan gampangnya meninggalkan teman dan pemimpinnya. Sekaligus menjadi beban dan tetap ingin diproteksi. 

Tapi mereka yang memiliki kemampuan lebih dan di atas rata-rata itu cenderung lebih loyal dan setia dalam jangka panjang. Mengapa? Karena ia memiliki ikatan dari hasil inovasi yang dibangun bersama serta menikmati hasil yang dicapai dengan puas.

Loyalitas individu, akan tercipta pada seseorang bila dia memiliki kepuasan dan merasa nyaman di organisasi itu. Demikian juga akan terjadi kesetiaan sosial bila sistem karier yang terbangun dijalankan dengan baik serta terbuka.

Dalam perenungan saya, proses hulu hingga hilir lelang jabatan di Pemprov Sulbar diharapkan dapat berjalan dengan baik, menghasilkan orang-orang hebat serta berkapasitas di atas rata-rata. Saya tidak ingin mengkritik sistem yang digunakan, tapi saya lebih cenderung hendak menanti hasilnya. Semoga mereka yang lolos dan terpilih memiliki integritas dan sumber daya yang lebih baik dan profesional. Semoga menjadi panutan !!!

Kritik dan saran :
sdk.suhardi@gmail.com