Pa SDK diapit oleh Ketua DPRD Prov. Sulbar H.Aras Tammauni dan Ketua Fraksi Demokrat DPRD Sulbar Andi Mapapangara.
Suatu ketika, saya pernah ditanya oleh
seseorang tentang apa sih pentingnya kita ber-Sulbar? Waktu itu, saya
menjelaskan bahwa kehadiran Provinsi Sulawesi Barat sangat penting dan urgen
untuk lebih mempercepat proses pembangunan dan pencapaian kesejahteraan rakyat
dengan membuka lapangan kerja baru serta banyaknya investasi yang masuk. Juga
makin mendekatkan pelayanan kepada rakyat.
Masih banyak lagi yang saya jelaskan secara
ber-api-api saat itu di tengah geliat perjuangan mewujudkan daerah ini sebagai
satu provinsi baru.
Andaikata pertanyaan yang sama kembali
diajukan kepada saya saat ini, tentu jawabannya akan
berbeda. Apalagi kalau ditanyakan bagaimana peran
Pemprov dalam mengakselerasi pembangunan di Kabupaten. Kami dari 6 Bupati pasti
memiliki jawaban yang berbeda. Mengapa? Karena pertanyaannya bersifat essay.
Bukan multiple choice. Kalau multiple choice, maka jawaban akan seragam; Baik.
Bayangkan, dari sisi koordinasi dan
perencanaan pembangunan saat ini, hampir seluruh program yang masuk di Mamuju
tak pernah dikoordinasikan. Bahkan tak pernah diusulkan dalam forum Musrembang
Provinsi. Imbasnya, APBD sulbar sering tumpang tindih dengan proyek di
kabupaten. Termasuk proyek bendung sungai Papalang yang ditengarai rusak dan
justeru membawa masalah bagi lingkungan dan masyarakat. Kemudian dianggarkan
lagi untuk kedua kalinya.
Untuk yang satu ini, saya tegaskan sekali
lagi, bahwa Pemkab Mamuju tak pernah mengusulkannya. Serta tak pernah dikoordinasikan
dengan pemerintah kabupaten.
Dulu, sewaktu saya Mahasiswa, ada seorang
tokoh masyarakat Mamuju di Makassar yang memiliki riwayat kepekaan sosial.
Kalau dia mengundang mahasiswa, sesibuk apa pun, mahasiswa pasti memenuhi
undangan sang Tokoh itu. Mengapa? Karena terbukti banyak membantu kegiatan
mahasiswa, maupun kegiatan sosial masyarakat.
Tapi ada juga yang bersikap sebaliknya.
Jika diundang, kami tidak mau ambil pusing dengan undangan yang disebarluaskan
itu. Tak menghadirinya pun tak masalah. Apa artinya? Jawabannya, karena kita
membutuhkan hubungan yang mengikat dan saling membutuhkan.
Demikian juga sebagai daerah bawahan perlu
untuk dibina. Bukan dibenci apalagi dikucilkan. Kita perlu arahan dan teladan
yang dapat menjadi model bagi 6 kabupaten di Sulbar ini. Penciptaan keadilan
anggaran Provinsi terhadap daerah bawahannya adalah salah satu indikator
keteladanan yang dibutuhkan oleh Mamuju. Bukan dengan membengkakkan porsi
anggaran satu daerah, lalu mengerdilkan porsi daerah lainnya.
Saat ini, APBD sedang dalam tahap
pembahasan. Saat pemkab diminta untuk ekspose di Pemprov tentang usulan
Musrembang para Bupati yang langsung hadir, termasuk saya tidak diwakili saat
itu. Pertanyannya, apakah bahan itu telah menjadi bahagian penting saat melakukan
pertimbangan dalam menyusun anggaran? Saya tentu berharap aspirasi itu bisa
dibahas bersama dengan legislatif yang baru saat ini.
Acap kali kita diminta pemerintah pusat
agar melakukan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Namun, apakah di daerah
juga telah terjadi perimbangan itu? Padahal kita juga butuh perimbangan
keuangan Provinsi, kendati masih ada wilayah yang butuh 'sentuhan' khusus. Tapi
bukan berarti daerah lain tidak.
APBD itu menjadi stimulan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Apabila APBD dikelola dengan baik dan
dialokasikan pada prioritas yang dapat merangsang pertumbuhan, maka akan sangat
bermanfaat. Tapi kalau dialokasikan pada hal-hal yang tidak fundamental bagi
ekonomi daerah, maka APBD akan berlalu begitu saja, tidak membawa pertumbuhan
dan perubahan suatu daerah.
Duduk satu meja, saling percaya dan
mendengar antara pemangku kepentingan di Sulbar adalah kunci keberhasilan
anggaran daerah. Dengan demikian, dalam mengelola anggaran dibutuhkan
kesungguhan, keterbukaan dan integritas agar mendapatkan audit yang baik.
Cukuplah pabrik kakao menjadi misal betapa
mubazirnya anggaran yang digelontorkan selama ini. Jangan lagi bernasib serupa
dengan SMK Kakao yang (bakal) tak dikelola dengan baik. Karena itu akan menjadi
masa depan anak-anak di Sulbar.
Akhirnya, harus diakui, narasi tulisan ini
telah dicangkokkan dalam perspektif (serba) kritis, tapi bukan sinis. Sebab
niatnya baik untuk memperbaiki apa yang kurang selama ini. Tidak berarti
kebenaran hanya di satu pihak. Tapi membangun kebaikan tentu ada pada kita
semua. (Sapota SDK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar