Social Icons

Sabtu, 06 Desember 2014

CATATAN PA SDK DARI AUSTRALIA INSTITUTE MANAGEMENT

OLEH : Dr. H. Suhardi Duka, MM.

Australia Institute Management foto : www.ndy.com

Rabu, (26/11) lalu kami masuk di Intitute Management Australia. Di sini kami digembleng oleh para manager muda dari berbagai kalangan dan perusahaan. Dalam pelatihan ini, kami berempat.

Dari Indonesia sebenarnya ada 16 orang yang mengajukan permohonan. Sementara yang disetujui hanya 3 orang Bupati dan 1 orang Fungsional. Dengan demikian kami satu kelas dengan orang-orang bule dalam mengikuti pelatihan kepemimpinan di Negeri Kangguru ini.

Ada beberapa catatan penting dari pelatihan ini. Pertama, dalam memahami materi kami mengalami hambatan komunikasi disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa setempat. Kedua Narasumber cukup cerdas dalam menyesuaikan materinya. Bayangkan, ada 3 meja yang diisi oleg tenaga fungsional dan manager di berbagai perusahaan besar di Australia, dan satu meja lainnya merupakan pejabat public dari Indonesia.

Dari perbincangan kami dengan sejumlah peserta, mereka butuh pendidikan sebagai satu syarat di perusahaan untuk dapat naik tingkat pada jenjang jabatan managing direkctor, atau pun senior manager.  Katanya tak ada pemimpin yang instan. Sebab yang membedakan seseorang ahli, atau tidak adalah proses latihan.

Olehnya itu pememimpin yang baik adalah juga murid yang baik karena terus belajar, dan dapat menerima timbal balik dari hasil kepemimpinan. Baik dukungan atau pun kritik haruslahi diterima dalam bingkai perbedaan.

Kepemimpinan ke depan adalah mereka yang memahami potensi dirinya, memiliki agenda atapun misi untuksuatu masa depan. Tipikal kepemimpinan masa depan juga tercermin dari keerdasan memberdayakan lingkungan sosial. Utamanya sumber daya yang dimiliki dengan mamanfaatkan jaringan yang banyak.

Jaringan dalam konteks kepemimpinan sangat menentukan bagi seorang pemimpin. Termasuk peran media dalam mengeksplorasi gagasan dan agenda agar dipahami oleh public ataupun lingkungannya dengan baik dan tepat.

Di negara yang maju seperti Australia, publik tidak lagi mempersoalkan gaya seorang pemimpin ataupun kekuatan media mengeksplor  perilaku pemimpin. Di tempat ini, yang diukur adalah hasil alias fakta. Gaya dan cara apapun yang anda lakukan sejauh dalam batas kultur tidak dipersoalkan oleh publick atau perusahaan. Ukurannya seberapa besar kepampuan dalam produksi dan menguasai pasar. Dan untuk pejabat publik adalah tingkat pelayanan dan indikator kesejahteraan masyarakat.

Media Australia sudah lama bebas dan masyarakatnya pun terdidik. Olehnya itu, kemapuan media mempengaruhi citra seseorang tidak sekuat Indonesia.  Namun tidak berarti media tidak memiliki pengaruh. Akan tetapi publik Australia selalu mengukur pada hasil nyata.

Sejelek apapun di media seorang Mayer, akan tetapi kotanya bersih dan pelayanan publik berjalan dengan baik indikator ekonomi makro naik seperti pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita masyarakat,  maka walikota bisa terpilih kembali.

Tegasnya, ukuran nyata tidak dapat dimanipulasi selain dirasakan langsung oleh masyarakat. Yang lebih penting semua lembaga survey maupun statistk sangat taat pada koridor hukum.

Hukum dipahami dengan baik dan dijalankan oleh semua orang di Australia. Kota Perth misalnya, hampir tak ada pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Taxi tidak akan berjalan kalau semua penumpangnya belum pasang sabuk pengaman. Begitu pun di parker area tidak ada yang parkir kalau bukan tempat yang dikhususkan parkir.

Dan yang juga hebat ada banyak orang Indonesia bekerja di kota Perth ini, serta telah menjadi masyarakat Australia. Mereka juga sangat taat hukum baik perempuan maupun laki-laki.

Lalu bagaimana kita di Indoneisa ? Orang Indonesia bila sudah di luar negeri rupanya juga profesional dan taat hukum. Anehnya, jika masih di Indonesia justeru belum bisa berlaku demikian. Wallahu a'lam.

Perth, 28 Nov. 2014

Kritik dan saran


 sdk.suhardi@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar