Ilustrasi foto Kompasiana
Bercinta dalam kelambu, dimalam yang kelam
sumpek dan apek baunya merebak disepanjang malam
menusuk kedalam rongga hidung, menahan kemelut tak berujung,
menusuk kedalam rongga hidung, menahan kemelut tak berujung,
Bercinta denganmu saat matahari baru pamit menyambut malam
suntuk dan mual, aroma minyak gosok mematuk pernapasan hitam,
mata-mata melotot di buai nafasmu mengambang perempuan jalang,
Berteduh di lorong hitam, mengharap cinta datang meremas kelam,
engkau selalu dalam penantian tak pasti wahai kupu-kupu malam,
terjaring menuai mimpi dan lamunan hinggap di bunga bangkai bersarang.
Berlarilah dan jangan berhenti sebelum ajal datang, untuk memohon ampun pada Sang Pencipta.
engkau telah menertawai mereka yang larut ,
terperdaya oleh wajahmu bagai rembulan diwaktu malam,
Semestinya engkau berkata jujur bahwa dirimu kupu-kupu malam,
yang selalu menganggap cinta adalah permainan sesaat di ujung malam,
Bercinta dalam kelambu meraba asa dalam gelap malam,
Pergi menjauh dari kelopak mataku, saat bulan turun perlahan meredam,
aroma tubuhmu dipenuhi seribu macam keringat lelaki tanpa nama disetiap malam,
mereka menyesal telah bercinta dengamu didalam kelambu di ujung malam yang kelam,
kembalilah kejalan yang benar sebelum engkau terkapar **
kembalilah kejalan yang benar sebelum engkau terkapar **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar