Social Icons

Minggu, 31 Juli 2016

POKEMON GO DAN PETAK UMPET

Oleh : DR. SUHARDI DUKA, MM  

Foto Facebook

Petak umpet adalah mainan anak-anak yang sering dilakukan di area out door. Model permainannya, satu orang menutup mata, dan yang lain lari bersembunyi. Ada yang bersembunyi di balik pagar, pohon atau di semak-semak. Permainan ini tanpa campur tangan teknologi. Tapi itu bermanfaat bagi anak-anak. Setidaknya dalam hal mengenal lingkungan sekitar. Praktik olah gerak dan berpikir akan terus mencari dimana gerangan teman yang bersembunyi. Begitulah 'zaman pokemon' yang pernah saya lalui.
Lalu bagaimana dengan Pokemon Go?
Pokemon go adalah game yang saat ini lagi melanda dunia termasuk Indonesia. Sebuah aplikasi yang diciptakan John Hanker dari Nintic labs. Pokemon Go menjadi luar biasa karena berbasis Google Maps dan Google Street Views. Ajaibnya, aplikasi ini bisa memotret obyek-obyek yang dianggap vital bagi satu negara.
Dalam praktiknya, Pokemon Go juga mengajak pemain untuk aktif di area out door, mengenal lingkungan. Karena ia harus pergi ke suatu tempat untuk dapat menangkap Pokemon yang diburu. Oleh Pak Wakil Presiden (Wapres) RI, Jusuf Kalla telah mengapresiasi perrmainan ini agar anak tidak hanya berdiam di dalam kamar bermain komputer tanpa aktivitas.
Teknologi dunia maya, dan inovasinya akan selalu melanda dunia ini. Kita tidak boleh manarik ulang ke masa dimana tekonologi itu belum ada. Pokemon go adalah inovasi teknologi maya yang bernilai ekonomi tinggi, yang dapat dijual ke berbagai aplikasi serta promosi di dunia maya.
Tentu, kita tidak dapat mengelak dari kemajuan itu. Apalagi menutup diri dari kemajuan teknologi dan inovasi yang semakin gencar. Kita ditunutut menyesuaikan, dan yang lebih penting kita dapat memanfaatkannya.
Baik dalam bentuk mengadaptasi nilai yang tetap sejalan dengan nilai sosial kehidupan bangsa, alih teknologi dan kemampuan inovasi anak bangsa. Serta memanfaatkan secara ekonomi setiap kemajuan teknologi tersebut.
Saat ini, kita sering selalu menjadi obyek. Belum mampu menjadi subyek dalam memanfaatkan teknologi digital dan dunia maya. Jangankan sampai ke arah sana, penggunaan teknologi kinerja untuk tingkat pemerintah Provinsi pun sampai saat ini masih manual. Belum bisa menghitung kinerja pegawai dengan mengaplikasi teknologi E-Government.
Di lain sisi kemampuan anak-anak muda pegawai Pemprov Sulbar sesungguhnya sudah sangat memahami penggunaan teknologi komputer dan aplikasi tersebut. Tapi mengapa sampai saat ini belum teraplikasi? Jawabannya, itu karena hanya persoalan stok generasi yang saat ini menjadi manager masih zaman mesin ketik dalam mengerjakan thesis.
Kita bisa saja latah melarang orang benrmain Pokemon Go, dengan berbagai alasan bahwa mengurangi kinerja, tidak disiplin dan jam kerja tersia-siakan. Tapi dimana cara mengukurnya ?
Kalau mengukur kerja pegawai hanya dengan perkiraan dan pra anggapan, akibatnya, yang berkinerja tinggi dihargai sama dengan yang berkinerja biasa-biasa saja atau sangat subyektif.
Di beberapa negara, aturan kepegawain sering tidak terlalu ketat dari sisi atribut dan prosedur. Tapi justru mengutamakan kinerja, atau hasil kerja yang dibebankan kepadanya.
Karena itu, fenomena Pokemon Go adalah fakta betapa kemajuan teknologi semakin tersaji kepada anak-anak dan kita semua. Maka, silahkan bermain asalkan tetap jaga diri. Jangan sampai kecelakaan, lalai terhadap etika dan batas rumah orang hanya karena mengejar Pokemon. Apalagi jika itu sampai memasuki rumah ibadah yang umatnya sementara melaksanakan ibadah.
Dan satu lagi, Ingat, Pokemon Go hanyalah mainan, bukan pekerjaan. Untuk itu jangan di utamakan...(sdk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar