Social Icons

Senin, 30 Maret 2015

MENUJU PERUBAHAN

OLEH : Dr. H. SUHARDI DUKA, MM

Banyak pihak yang bicara tentang konsep perubahan, ataupun reformasi birokrasi. Tapi tak banyak yang sungguh-sungguh melakukannya. Bahkan tidak memahami cara untuk menerapkannya.

Semakin buruk mata rantai tata kelola pemerintahan, semakin terbuka pula peluang melakukan penyimpangan, kongkalikong, pungli, dan korupsi. Imbasnya, keterlambatan layanan publik menjadi bagian dari serial kolosal perjalanan birokrasi di Indonesia.

Idealnya, seorang pemimpin adalah sekaligus sosok yang memimpin perubahan. Karena kunci dari semua perbaikan tata kelola dan reformasi birokrasi ada pada kepiawaian sang pemimpin.

Telah banyak kisah perubahan dan kemajuan mengungkap dari usaha luar biasa yang dilakukan oleh sosok pemimpin. Mereka bergerak di mana saja, baik di pusat kekuasaan, lembaga swasta, maupun di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ini merupakan dalil sahih bahwa kemajuan yang terjadi di masyarakat tidak terlepas dari campur tangan sang pemimpin. Perbaikan birokrasi di daerah banyak dihasilkan oleh pemimpin daerah saat ini.

Lee Kwan Yeu, adalah bukti konkrit betapa kuatnya pola kepemimpinan yang diterapkan saat menjabat sebagai perdana menteri di Singapura. Beliau memiliki 3 cara berpikir efektif. Yaitu "Think Ahead" mampu berpikir ke depan dan antisipatif; "think again" pemimpin yang mampu mengkaji ulang hasil pemikirannya; dan think across”, kemampuan berpikir secara lateral, horisontal serta lintas disiplin.

Ketiga cara berpikir di atas mestilah dimiliki oleh seorang pemimpin yang akan membawa perubahan. Tidak justru sebaliknya, bekerja secara reguler dan normal alias apa adanya.

Seorang pemimpin sepatutnya mampu melipatgandakan cara kerjanya agar mendapatkan hasil yang berlipat ganda pula. Dan Lee Kwan Yeu tahu kondisi Singapura. Ia paham betul bahwa persaingan kawasan Asean ke depan tak sekadar untuk posisi tawar Singapura yang harus diantisipasi sebagai satu negara kecil. Tapi juga untuk bertindak sebagai pengendali ekonomi di Asean.

Demikian halnya atas keputusan bergabung ke salah satu negara bagian di Malaysia, yang pada akhirnya berpikir kembali untuk melepaskan diri dari Malaysia. Semua itu telah diperaktekkan oleh perdana menteri Lee Kwan Yeu.

Beliau juga sangat tahu akan kepentingan negara-negara tetangga serta kondisi dalam negara yang Multi Etnik, serta Lintas Agama. Atas kematiannya bukan hanya rakyat dan etnis Mandarin yang menangisi. Tapi juga Melayu dan etnis India Arab ikut bersedih atas kepergiannya.

Kita bisa mencontoh beliau akan kegigihannya. Bahwa pemimpin di daerah harus bertanggung jawab atas nasib generasi mendatang. Agar mampu menghadirkan kondisi masa depan yang lebih gemilang. Tentu, takkan terasa jika hasil yang dicapai dengan ukuran evolusi. Seperti halnya tumbuhnya sebuah batang kayu di halaman rumah, sulit terlihat perubahan itu berlangsung setiap hari.

Roda kepemimpinan harus sanggup membuktikan bahwa nasib masyarakat tertinggal harus dipercepat persamaan situasinya dengan masyarakat yang telah awal mengalami kemajuan peradaban.

Perhatikanlah potret Mamuju 10 tahun silam. Jelas sekali bahwa Mamuju merupakan satu daerah yang tertinggal di Sulsel. Hanya Selayar yang setara kala itu.

Tapi bagaimana dengan saat ini? Saya tak sedang jumawa. Tapi indikator dan ukurannya jauh telah meninggalkan potret 10 tahun silam itu. Bahkan Mamuju kini telah dinobatkan sebagai daerah yang tak tertinggal lagi.

Dengan demikian, cetak biru atas fakta empirik ini adalah bahwa cara berpikir ke depan dan antisipatif itu tercermin pada kemampuan mengkaji suatu situasi yang akan dihadapi. Serta kemampuan untuk dapat masuk dan mengendalikan kebijakan itu.

Tidak terlalu sulit mengubahnya, walau kondisinya serba terbatas. Tapi kesungguhan dan tingkat pemahaman akan masalah yang dihadapi serta konsistensi untuk tak pernah berhenti belajar, mesti menjadi keniscayaan. Walhasil, kita pun dapat melakukan perubahan itu. (SDK)

Kritik dan saran:
sdk.suhardi@gmail.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar