Social Icons

Sabtu, 08 November 2014

HIJRAH DAN OPTIMISME INDONESIA BARU




OLEH : DR.H.SUHARDI DUKA, MM 






Mari mengenang saat-saat yang amat bersejarah dalam peristiwa hijrah nabi Muhammad saw. Waktu itu, beliau ditemani oleh sahabat setianya, Abu Bakar al-Shiddiq.


Telah banyak dikemukakan dalam al Quran dengan dramatis. Itu juga yang ditulis sejumlah sejarawan yang mengulas Sirah Nabawiyah (biografi nabi) sejak generasi pertama. Seperti dalam Sirah Ibnu Isyaq, Sirah Ibnu Hisyam, Tarikh al-Umam wa Al-Muluk At-Thabari.

Secara eksplisit, Fazlur Rahman menyebut Hijrah sebagai marsk of the beginning of Islamic community (1984). Demikian pula dengan ulama sekaliber At-Thabathabai dalam kitab al-Mizan yang menyebut itu sebagai pintu terbukanya hijab kegelapan.

Jika ditarik benang filosofisnya, maka Hijrah merupakan lambang garis demarkasi antara gelap dan terang, hitam dan putih. Madinah dalam waktu yang singkat, 2 periode kepresidenan alias 10 tahun mampu ditata dengan apik oleh Nabi saw sebagai sebuah Republik yang sangat terhormat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di sekitar Arab dan Benua Eropa. Dan yang paling menarik saat itu adalah dimulainya babak baru kehidupan pluralisme yang saling menghormati perbedaan prinsip. Saat itu, keberagamaan ekstrinsik menampakkan keragaman perbedaan. Di saat yang sama, keberagamaan intrinsik ditampakkan sebagai tafsir pesan agama lewat sikap dan perilaku.

Saat itu, baik Islam, Nasrani, Yahudi, maupun Majusi saling mufakat untuk menjunjung tinggi piagam Madinah. Jelas itu merupakan bukti otentik kesuksesan Nabi selaku pemimpin dalam mengayomi semua pihak, dengan ragam latar serta kepentingan.

Lalu, bagaimana dengan kita, apakah Hijrah cukup menjadi kenangan masa lalu? Atau cukup menjadi alat pemenuhan hasrat kognitif; sebatas hafalan bagi mahasiswa S1?

Tentu tidak! Kita butuh spirit dan etik dari momentum hijraturrasul untuk menjadi motivasi pergerakan aktual kita, kini dan nanti.

Ada gen bawaan hijrah yang perlu menjadi injeksi wajib bagi kita semua. Yaitu sifat-sifat Shiddiq (kejujuran), Amanah (memegang komitmen), Tabligh (prinsip-prinsip transparansi), Fathanah (bekerja dengan positif thinking).

***

Tujuh hari yang lalu Presiden dan wakil Presiden baru Indonesia dilantik. Bapak Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Lalu pada tanggal 25/10 atau 5 hari sesudahnya kita masuki tahun baru hijriyah 1436 H. Jelas ini merupakan momentum yang cukup beralasan untuk kita agar lebih optimis akan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Kalau kita melihat berbagai survey sebelum pemilihan Presiden, alasan rakyat memilih pemimpin titik beratnya pada: kejujuran, kesederhanaan, komitmen,dan ketulusan.

Saya rasa inilah yang melekat pada diri Jokowi dan JK. Artinya injeksi sifat-sifat yang dibawa Nabi dalam memimpin Madinah juga ada pada kedua pemimpin kita saat ini. Dengan alasan itulah kita wajar untuk optimis. Indonesia akan lebih baik miminal dalam 5 tahun ke depan.

Bukti harapan itu kita lihat pada saat pelantikan begitu banyak rakyat menyambut Jalan Soedirman di Jakarta tumpah ruah. Dengan menggunakan kereta, kedua pemimpin diarak menuju Istana Negara. Kemudian di monas, lautan manusia kembali padat merayap, menggantung asa akan Indonesia yang lebih baik.

Bukan hanya itu kita pun di daerah mengukir asa, akan keberpihakan dan keseimbangan pembangunan antara pusat dan daerah. Kita termasuk beruntung, sebab salah satunya berasal dari Sulawesi yaitu JK.

Bagimana perjalanan JK 2004-2009 saat jadi wapres, tentu kita rasakan begitu banyak program pembangunan yang jatuh di wilayah Indonesia timur dan Sulawesi khususnya. Pun pada periode 2014-2019 ini akan menjadi harapan baru bagi daerah karena visi yang dibangun yaitu dimulai dari desa. Apalagi Gubernur kita Pak Anwar Adnan Saleh, telah sukses memimpin tim Jokowi/ JK di Sulbar Pada pilpres yang lalu dengan suara tertinggi di seluruh Indonesia. Tentu ini akan menjadi harapan tersendiri bagi Rakyat Sulbar karena saya yakin dengan kedekatan itu, hampir apapun diminta oleh sulbar akan dipenuhi oleh kedua Pemimpin itu.

Semoga saja dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tidak justeru sebaliknya, menambah deretan pejabat dan pengusaha terjerat korupsi.

Salamaq Bappa Tau Iyanasang. Salamaq Lino Aheraq. (sdk)
GIA makassar - jakarta
Kritik dan saran: sdk.suhardi@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar