OLEH : DR.H.SUHARDI DUKA, MM
Mari mengenang saat-saat yang amat
bersejarah dalam peristiwa hijrah nabi Muhammad saw. Waktu itu, beliau ditemani
oleh sahabat setianya, Abu Bakar al-Shiddiq.
Telah banyak dikemukakan dalam al Quran
dengan dramatis. Itu juga yang ditulis sejumlah sejarawan yang mengulas Sirah
Nabawiyah (biografi nabi) sejak generasi pertama. Seperti dalam Sirah Ibnu
Isyaq, Sirah Ibnu Hisyam, Tarikh al-Umam wa Al-Muluk At-Thabari.
Secara eksplisit, Fazlur Rahman menyebut
Hijrah sebagai marsk of the beginning of Islamic community (1984). Demikian
pula dengan ulama sekaliber At-Thabathabai dalam kitab al-Mizan yang menyebut
itu sebagai pintu terbukanya hijab kegelapan.
Jika ditarik benang filosofisnya, maka Hijrah
merupakan lambang garis demarkasi antara gelap dan terang, hitam dan putih.
Madinah dalam waktu yang singkat, 2 periode kepresidenan alias 10 tahun mampu
ditata dengan apik oleh Nabi saw sebagai sebuah Republik yang sangat terhormat
dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di sekitar Arab dan Benua Eropa. Dan yang
paling menarik saat itu adalah dimulainya babak baru kehidupan pluralisme yang
saling menghormati perbedaan prinsip. Saat itu, keberagamaan ekstrinsik
menampakkan keragaman perbedaan. Di saat yang sama, keberagamaan intrinsik
ditampakkan sebagai tafsir pesan agama lewat sikap dan perilaku.
Saat itu, baik Islam, Nasrani, Yahudi,
maupun Majusi saling mufakat untuk menjunjung tinggi piagam Madinah. Jelas itu
merupakan bukti otentik kesuksesan Nabi selaku pemimpin dalam mengayomi semua
pihak, dengan ragam latar serta kepentingan.
Lalu, bagaimana dengan kita, apakah Hijrah
cukup menjadi kenangan masa lalu? Atau cukup menjadi alat pemenuhan hasrat
kognitif; sebatas hafalan bagi mahasiswa S1?
Tentu tidak! Kita butuh spirit dan etik
dari momentum hijraturrasul untuk menjadi motivasi pergerakan aktual kita, kini
dan nanti.
Ada gen bawaan hijrah yang perlu menjadi
injeksi wajib bagi kita semua. Yaitu sifat-sifat Shiddiq (kejujuran), Amanah
(memegang komitmen), Tabligh (prinsip-prinsip transparansi), Fathanah (bekerja
dengan positif thinking).
***
Tujuh hari yang lalu Presiden dan wakil
Presiden baru Indonesia dilantik. Bapak Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Lalu pada
tanggal 25/10 atau 5 hari sesudahnya kita masuki tahun baru hijriyah 1436 H.
Jelas ini merupakan momentum yang cukup beralasan untuk kita agar lebih optimis
akan masa depan Indonesia yang lebih baik.
Kalau kita melihat berbagai survey sebelum
pemilihan Presiden, alasan rakyat memilih pemimpin titik beratnya pada: “kejujuran,
kesederhanaan, komitmen,dan ketulusan”.
Saya rasa inilah yang melekat pada diri
Jokowi dan JK. Artinya injeksi sifat-sifat yang dibawa Nabi dalam memimpin
Madinah juga ada pada kedua pemimpin kita saat ini. Dengan alasan itulah kita
wajar untuk optimis. Indonesia akan lebih baik miminal dalam 5 tahun ke depan.
Bukti harapan itu kita lihat pada saat
pelantikan begitu banyak rakyat menyambut Jalan Soedirman di Jakarta tumpah
ruah. Dengan menggunakan kereta, kedua pemimpin diarak menuju Istana Negara.
Kemudian di monas, lautan manusia kembali padat merayap, menggantung asa akan
Indonesia yang lebih baik.
Bukan hanya itu kita pun di daerah mengukir
asa, akan keberpihakan dan keseimbangan pembangunan antara pusat dan daerah.
Kita termasuk beruntung, sebab salah satunya berasal dari Sulawesi yaitu JK.
Bagimana perjalanan JK 2004-2009 saat jadi
wapres, tentu kita rasakan begitu banyak program pembangunan yang jatuh di
wilayah Indonesia timur dan Sulawesi khususnya. Pun pada periode 2014-2019 ini
akan menjadi harapan baru bagi daerah karena visi yang dibangun yaitu dimulai
dari desa. Apalagi Gubernur kita Pak Anwar Adnan Saleh, telah sukses memimpin
tim Jokowi/ JK di Sulbar Pada pilpres yang lalu dengan suara tertinggi di
seluruh Indonesia. Tentu ini akan menjadi harapan tersendiri bagi Rakyat Sulbar
karena saya yakin dengan kedekatan itu, hampir apapun diminta oleh sulbar akan
dipenuhi oleh kedua Pemimpin itu.
Semoga saja dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Tidak justeru sebaliknya, menambah deretan pejabat dan
pengusaha terjerat korupsi.
Salamaq Bappa Tau Iyanasang. Salamaq Lino
Aheraq. (sdk)
GIA makassar - jakarta
Kritik dan saran: sdk.suhardi@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar